Getting Closer to your Dentist *could* keep Cardiologist away

pepatah dari Inggris: an apple a day keeps the doctor away.

Judul artikel ini jelas terinspirasi dari pepatah di atas.

Jadi, 6 bulan yang lalu, ketika sedang stase bangsal jantung, aku pernah menangani pasien dengan diagnosis infective endocarditis (IE). Sesungguhnya aku sudah lama ingin menulis tentang ini, tapi selalu kelupaan hahaha.  IE adalah kondisi infeksi bakteri yang memasuki lapisan dalam dinding jantung dan pembuluh melalui aliran darah. Gejalanya tidak begitu jelas. Namun, yang sering muncul adalah demam berkepanjangan, flu like symptoms, keringat malam, terjadinya bising baru pada jantung melalui pemeriksaan fisik, dan ada penampakan vegetasi pada pemeriksaan ekokardiografi. Infeksi ini termasuk mengancam nyawa dan harus segera ditangani dengan antibiotik dosis tinggi via suntikan dalam beberapa minggu.

Pelacakan sumber infeksi pasien dilakukan di bangsal. Tidak begitu sulit untuk mencari port the entry pasien ini. Salah satu sumber infeksi yang paling sering adalah infeksi gigi dan benar saja, kesehatan gigi mulut pasien ini tidak baik: banyak lubang dan karies gigi. Kami mengonsultasikan ke dokter gigi dan dilakukan penanganan pembersihan gigi dan rekomendasi untuk mencabut 1 atau 2 gigi yang terinfeksi. Pasien dirawat dengan antibiotik injeksi selama hampir 1 bulan, keadaan membaik -> pasien boleh pulang dan direncanakan untuk operasi. Nah, kemarin pasien mondok lagi untuk operasi dan aku baru teringat untuk menulis tentang topik ini hehe.

Ketika merawat pasien ini 6 bulan yang lalu, gigi gerahamku ternyata juga ikut lubang :’) (sungguh menghayati). Aku baru sadar ketika bangun tidur bisa memasukkan lidah ke bagian gigi geraham. Ini merupakan pukulan telak bagiku :(, dari dulu gak pernah punya masalah dengan gigi, selain karena layout yang cukup rapi, juga rajin sikat gigi 2 kali sehari.

Aku harus memilih untuk menghadapi dua ketakutan; ketakutan menghadapi dokter gigi dengan bor-nya yang serem, atau ketakutan terkena IE yang mengancam nyawa seperti pasienku di bangsal. Akhirnya aku memilih untuk memberanikan diri periksa ke dokter gigi.

dentist-drill

dalam bayanganku periksa ke dokter gigi itu seperti ini

Kebetulan, aku punya teman seorang dokter gigi. Beliau berpraktik di sebuah klinik di Ring Road Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta. Alhamdulillah beliau sangat ramah, murah senyum, dan meruntuhkan ketakutan pasien akan prosedur gigi yang bikin keder terlebih dulu :D. Setelah anamnesis dan pemeriksaan gigi singkat, diputuskan untuk menambal gigiku yang lubang. Katanya prosedurnya cukup sulit karena sudut yang tajam (aku ga begitu paham hahaha). Namun, alhamdulillah prosedurnya tidak sakit dan dilakukan dalam waktu yang tidak begitu lama. Walaupun belum lama lulus, tangannya lincah dan terampil dalam menambal gigi. Sampai sekarang alhamdulillah belum (semoga tidak) ada keluhan gigi yang ditambal kemarin. Bisa menikmati makanan tanpa takut ada sisa makan yang terjebak di lubang gigi adalah salah satu nikmat kecil yang harus disyukuri.

Mudah-mudahan aku bisa mencontoh keramahan beliau dalam membangun hubungan interpersonal dengan pasien.

Selain bisa mengurangi kemungkinan terkena IE, merawat kesehatan gigi (termasuk periksa gigi ke dokter gigi tiap 6 bulan) bisa mengurangi inflamasi periodontitis yang merupakan salah satu faktor risiko atherosclerosis (pembentukan plak pada dinding arteri). So, getting closer to your dentist *could* keep cardiologist away.

You are greater than your addiction.” – Nasia Davos

Di sela-sela kesibukan dan kegalauan merevisi paper laporan kasus yang sudah harus diselesaikan untuk maju bulan depan, pikiranku terganggu oleh keinginan untuk menulis tentang suatu kejadian sedih yang terjadi saat jaga ruang intensif jantung di akhir libur lebaran kemarin untuk pembelajaran kita bersama.

20 Juni 2018, saat itu ketika akan meng-echo pasien baru ruang intensif jantung, tiba-tiba ada keluarga pasien, seorang bapak bertanya kepadaku, “Dok, bantu saya ini bagaimana saya mengurus jenazah anak saya?”. Aku pun tertegun, wajah bapak berusia 50an tahun ini begitu sedih, badannya lunglai lemas ditinggal pergi anaknya selama-lamanya. Keluarga yang lain pun tidak kalah terpukul. Semalam sebelumnya memang jadwalku jaga ruang intensif. Pasien diawasi secara ketat semalaman, dan bapak serta ibu pasien bergantian menemaniku. Seorang laki-laki berusia 28 tahun, tidak sampai setahun lebih tua dariku, dalam keadaan kritis. Pasien ini sedang mudik lebaran dan mengalami nyeri dada hebat. Sebelumnya flashback sedikit, di ruang gawat darurat RS Sardjito, pasien didiagnosis dengan serangan jantung tipe kenaikan segmen ST. Serangan jantung pada ini merupakan tipe serangan jantung terberat yang mematikan otot-otot jantung sehingga menyebabkan gangguan pompa darah ke seluruh tubuh, paru-paru terendam cairan, serta menurunkan tekanan darah secara drastis. Penanganan lebih lanjut pasien dibawa ke laboratorium kateterisasi jantung untuk melihat kondisi penyumbatan di arteri koronernya.  Di laboratorium kateterisasi, didapatkan penyumbatan hebat di arteri koroner utama kiri (arteri yang menyuplai aliran darah ke hampir semua otot jantung bagian depan dan kiri). Penjendalan darahnya disedot, namun ternyata kondisi darah pasien sangat kental, sehingga penjendalan darah ini selalu terbentuk kembali (thrombus begets thrombus). Pasien kemudian diberikan pengencer darah dan dirawat di ruang intensif jantung. Fast forward kondisi pasien tidak pernah stabil. Pasien sesak dan tekanan darah selalu rendah dan akhirnya menghembuskan nafas terakhir karena cardiogenic shock walaupun dengan manajemen yang maksimal.

Kasus ini mungkin masih jarang terjadi, namun trend tidak menunjukkan kenyataan yang bersahabat. Kasus serangan jantung saat ini mulai sering terjadi pada dewasa muda. Mungkin kita semua penasaran, kejadian serangan jantung pada dewasa muda berapa persen sih? Menurut penelitian dari Alioglu et al, 0,4% pasien serangan jantung terjadi pada pasien berusia di bawah 30 tahun.

Pada pasien ini, faktor risikonya adalah merokok  dan dislipidemia. Pasien telah merokok dari usia belasan tahun dan merupakan perokok berat. Selain itu juga pasien mengalami overweight. Bukan bermaksud untuk menyalahkan rokok ya, tapi menurut penelitian Teixeira et al di tahun 2010, 82% serangan jantung pada usia di bawah 30 tahun memang terjadi pada perokok. “Hey, tapi kan daya tahan tubuh orang berbeda-beda”, I know, makanya masih ada 18% lain terjadi pada bukan perokok and we are all eventually will die. Namun kalau bisa dicegah, kenapa tidak menghilangkan faktor risiko tersebut? Usia di bawah 30 tahun masih bisa berkarya dan bermanfaat kepada bangsa, negara, dan agama, dalam jangka waktu yang lebih lama bukan? Even, jika mengalami serangan jantung dan bisa survive, keadaannya tidak akan sama lagi seperti sedia kala. Pasien harus mengonsumsi obat-obatan jantung seumur hidup untuk mencegah serangan jantung ulang dan menjadi pengeluaran besar bagi negara (BPJS, ehm, dalam jangka waktu yang lama padahal bisa dicegah).

Menurutku salah satu aspek yang penting adalah jangan memulai merokok. Aku beruntung dibesarkan oleh orang tua bukan perokok. Bapakku tidak ikut-ikutan kakekku yang merupakan perokok berat. Beliau tidak ingin pengeluaran untuk rokok mengurangi pembiayaan masa depan anak. Akan tetapi, jika sudah terlanjur memulai dan kecanduan, kuncinya adalah keinginan kuat untuk melepaskan diri dari belenggu rokok. Ingat, you are greater than your addiction.

a life changing moment

pd08

skuad pd08 ugm januari 2017

Semenjak tahun 2014, ketika saya dilantik menjadi dokter umum, sudah terbersit di pikiran saya untuk mempersiapkan ke jenjang pendidikan lanjutan. Namun, persiapan ini mendapatkan tantangan  dari berbagai macam unfortunate event seperti tidak diakuinya Ujian Kompetensi Dokter Indonesia periode saya (diselenggarakan oleh AIPKI – Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia) oleh kolegium Ikatan Dokter Indonesia, sehingga harus mengambil ujian lanjutan untuk dapati diakui oleh IDI.

Bukan hanya kami harus ujian 2x. Secara konsekuensi, pelaksanaan internsip dokter pun menjadi molor 9 bulan.  Namun, pada akhirnya banyak yang bersyukur pelaksanaan internsip ini ditunda karena banyak yang menikah :p, menjadi anak magang di suatu departemen spesialisasi idaman, berhasil membesarkan usahanya sendiri, jalan-jalan ke luar negeri, ataupun bisa menganggur gak jelas karena gak tau mau ngapain (oke, ini sedih).

Ketika akhirnya menjadi dokter internsip, saya banyak belajar dari pendamping, dr Rizka Irfansyah dan dr Ari Eko, maupun dokter definitif tempat saya bekerja dalam melakukan penatalaksanaan kegawatdaruratan. Tentunya ini merupakan bekal yang baik untuk menjadi dokter umum mandiri kelak.

Setelah selesai internsip, saya mencoba merantau ke Kalimantan Timur, tepatnya di RSUD Balikpapan. Rumah sakit ini merupakan fasilitas kesehatan yang masih baru, gedungnya  bagus, dan cukup mewah untuk ukuran rumah sakit pemerintah. Kelas perawatan 3 di rumah sakit ini dibatasi hanya untuk 5 orang. Bahkan terdapat AC di seluruh kelas dan shower panas dingin :p. Saya sangat bersyukur bisa sempat bekerja di RSUD dan sangat merekomendasikan kepada teman-teman yang baru selesai internsip untuk paling tidak pernah bekerja di IGD rumah sakit milik pemerintah selama setahun.

Bekerja sebagai dokter umum memberi saya kesadaran, bahwa menjadi dokter umum itu membutuhkan kepintaran dan kejelian untuk menguasai ilmu kedokteran yang sangat luas paling tidak untuk mengenali kasus-kasus kedaruratan dan saya memahami keterbatasan saya atas kemampuan untuk hal tersebut. Dari kasus anak, obstetri ginekologi, bedah, penyakit dalam, saraf, mata, telinga, bahkan kejiwaan. I don’t know, it’s just too broad for meand I don’t have the ability to  be the jack of all trades, master of none.

Kembali ke persiapan untuk mendaftar sekolah, saya mempersiapkan ini sejak masa internsip karena ketika itu saya memperkirakan, sesibuk-sibuknya masa internsip, pasti lebih sibuk ketika sudah menjadi dokter definitif  dan biaya untuk ke Jawa sangat mahal hanya sekadar untuk tes acept dan paps.  Bertanya kepada senior yang telah masuk terlebih dahulu merupakan salah satu langkah awal untuk mencari tahu tentang seluk beluk departemen yang dituju. Saya berterimakasih kepada mas Dama yang banyak memberikan masukan mengenai persiapan dan hal-hal apa yang perlu dimaksimalkan. Persiapan jauh-jauh hari merupakan kunci. Teman saya Ahmad Ramdoni sudah khatam Salter sejak zaman koas, Mohammad Pradhana menyalurkan hobi bolanya bersama bagian anestesi sejak S1, ataupun Pangeran Akbar Syah yang telah menguasai kardiologi sejak masih TK.

Persiapan yang saya lakukan sejak internsip adalah mulai mengikuti simposium dan workshop berskala regional dan nasional, ujian AcEPT (Academic English Proficiency Test) dan PAPs (Potensi Akademik Pascasarjana) di UGM, serta mencari rekomendasi untuk mendaftar spesialis (minimal 2). Tes-tes seperti itu jangan dianggap sebelah mata karena juga diperhitungkan. Sebisa mungkin AcEPT 350 atau TOEFL 600 dan PAPs 650 atau mendekati (semakin tinggi semakin baik).

Alhamdulillah  diberi kesempatan untuk mengenyam pendidikan dokter spesialis di UGM. Mudah-mudahan bisa memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya untuk belajar dan kelak mengabdikan keilmuan kepada masyarakat. It’s just the beginning, tantangan ke depan akan semakin berat. Mengutip kata-kata teman saya TaufikIt’s a life changing moment.

A Superfood for Cardiovascular Health

I promised you in my last post that I would write about healthy foods later.

As a doctor myself, I often educate my patients that they should maintain healthy lifestyles for themselves.

Maam, you ought to exercise at least 3 times a week @ 20-30 minutes, eat balanced diet, lower your blood pressure, cease smoking, and keep a lean Body Mass Index

Actually, many sources, such as this, adds drinking in moderation as cardioprotectant and neuroprotectant. However, as a Moslem, I would not recommend moderate drinking as our method in maintaining a healthy heart.

Surely I would be in an awkward moment if I preach something I didn’t do. It is stated in the Holy Qur’an (2:44), Translation: Do you order righteousness of the people and forget yourselves while you recite the Scripture? Then will you not reason? 

Be the first person to benefit from new knowledge you acquire before sharing it with others – practice what you preach.

I know that it’s challenging for my profession, doctors (especially resident doctors), to find the time allocated for sleeping and eating healthily, let alone exercising, hahaha, but we are the role model for the society to be healthy.

I do not want – at least for me- my patients would tell me like this

I found your preaching is just an utter nonsense Doc, you are overweight (or underweight), smoking cigarettes, and your meal time is irregular.

I understand that some of you, 18-30 years of age, would argue

Hey, we are still young, chances are the only time we really worry about our heart is when we are going through a breakup, or trapped in a friend zone, or rejected by our beloved one 😛

You can always google “Takotsubo Cardiomyopathy” then 😀

As a matter of fact, more than one-half of young adults aged 18–24 have at least 1 coronary heart disease (CHD) risk factor and nearly one-quarter have advanced atherosclerotic lesions.

Heck, even having slightly elevated blood pressure in the mid-20s may increase the risk of heart trouble in the Middle Age. (Normal <120/80)

every choice you make today is also a choice for tomorrow

Okay, that’s enough for the introduction..

Do you know one of the best food for your cardiovascular health?

It is approved by The FDA in 1997 to claim that it could lower cholesterol level and may reduce the risk of heart disease.

In 2004 the United Kingdom Joint Health Claims Initiative (JHCI) allowed a cholesterol-lowering health claim for this food.

In 2008, a review stated that consumption of this food products significantly reduces total cholesterol and low-density lipoprotein cholesterol concentrations without adverse effects on high-density lipoprotein cholesterol or triglyceride concentrations.

It is The Oatmeal..

For most Indonesian people, oatmeal is not delicious, because it is not tasty at all (or anyep in Bahasa Jawa). You can find many good recipes for your oatmeal here, nevertheless I’m content with oatmeal + Milo in the morning.

If the FDA-approved health claim for this food still can not convince you, this randomized controlled clinical trial of oatmeal consumption vs noodle consumption on blood lipids of urban chinese adults with hypercholesterolemia founds that Total-, LDL-cholesterol and waist circumference decreased significantly in the oat group compared to the control while HDL-cholesterol decreased significantly in the control group versus the oat group.

In Sumarry, eating a bowl of oatmeal in the morning helps

  1. Lower Total Cholesterol and LDL-Level without adverse effects on HDL-C and triglyceride
  2. Lower waist circumference
  3. Lower weight: Oatmeal is a source of fiber. That means when you eat oats for breakfast, you’re going to feel full for a long time
  4. Lower blood pressure, by preventing atherosclerosis (hardening of blood vessel wall)

Thanks for reading, keep healthy..

Social Media, Exercise, and Healthy Lifestyles

Hello, it’s been a while since the last time I wrote in this blog. Actually, I miss writing randomly, and because now I have some time to spare, I decide to write about something very happening yet so healthy.

Nowadays, modern lifestyles give rise to social media exposure. Many people share their activities to their friends about travelling, eating, getting expensive stuffs, exercising, etc. I found that these phenomena are intriguing and interesting at the same time.

I will be focusing my post about modern healthy lifestyles…

When I was in my teen age, i didn’t really like sports. I was a thin boy with short stature. Exercising was not a trend back then and I just spent my time playing computer games and reading automotive magazine. I wish I were a more athletic teen, because a study conducted by Catherine L Davis, circa 2011, found that exercise improves executive function and achievement and alters brain activation in overweight children. Another study concluded that- this time is a peer reviewed systematic review- aerobic physical activities are positively associated with cognition, academic achievement, behavior, and psychosocial functioning outcome, although more rigorous trials is needed.

Contrary to popular belief that states an athletic person tends to get lower marks in school, it’s the opposite actually. If the athletic students study as hard as the nerds, chance he’ll get better scores on tests.

Since the social media era, I could get more knowledge about what my friends are doing for exercise. For example, my friend Raymond Andre Muzetta, he posted about his activities in the gymnastics, and asked me to join him to build a more imposing physique. Another friend of mine, Mr Pangeran Akbar Syah, is an avid runner. He often posts his running activity with Nike+ apps, with an average 5 kilometers distance in 25-30 minutes. No wonder he is also very smart.

I’m motivated by my friends exercises’ to stay in shape and to keep my mood up. Taufan Sugiharto and Afandi Amrullah, introduced cycling to me. I’m really enthusiastic with it, and slowly will become my hobby. Riding my bike in the morning from my house to Universitas Gadjah Mada and back to my house IS so refreshing.

Don’t forget to balance exercise with healthy foods. I will post about healthy foods later..

One of The More Eligible Bachelor

“Always opt for the hardest way”

It is been understood by the clinical rotation group of me, The R12, that the quotation above belong to a certain highly confident yet serious friend: Taufiqur Rakhim Aditra. A multitalented and highly motivated guy, Taufiq has achieved something that many people could only imagine.

Taufiq boasts a glittering curriculum vitae. In 2007, he got accepted in the Chemical Engineering of University of College London, beating thousands of applicants in a highly fierce entrance examination. Had he taken the opportunity, he would have been a handsomely paid young excecutive right now. Instead, pursuing the medical doctor degree at Universitas Gadjah Mada was the path he elected.

Already a mature man at the age of twenty six years old, He possesses many distinguished skill sets. One of them is his ability to learn something in a little time. Because of his swift learning process, he obtained the highest score in Advanced Trauma Life Support certification at Universitas Airlangga after read the manual book in only 3(!) days period.

Dedit, one of his nickname, is endowed with a capability to radiate positive aura to influence his peer to stay optimist and motivated. He joined the IELTS class on CILACS, aiming for a-9-score, the highest possible score on IELTS, and inspiring Ido and me to be more ambitious yet realistic.

Becoming a Cardiothoracic or Oncologic surgeon is one of his reverie. He is blessed with an aptitude to tackle problems even in their emergency circumtances. Furthermore, equipped with a very good academic competence, he intends to pursue a specialist qualification in the United States by taking United States Medical Licensing Examination in near future.

Taufiq, a devoted moslem, got the inspiration to pray 5-times-a-day in the mosque from his-soon-to-be father-in-law. A practice that, according to him, will help his journey in this world and the hereafter.

He can be followed on twitter @dedit_aditra and Facebook

also a guitarist

also a skillful guitarist!

Young Entrepreneurs Show! UGM 2014

the poster of YES_UGM 2014

the poster of YES_UGM 2014

Last week, a good friend of me came up with an idea to attend an event organized by students of Business and Economic Faculty of Universitas Gadjah Mada. He said that the event, a symposium about entrepreneurship, would give us a better understanding about how to build a start up from the scratch.

Deliberately wanting to obtain the principle of running a business empire, I looked for information of the event called Young Entrepreneur Show 2014. It is stated in the poster that Gita Wiryawan, Former Minister of Trading, and Sofyan Djalil, current Coordinator Minister of Financial Affairs, will be the keynote speakers. Some high profile entrepreneurs, such as Saptuari Sugiharto and Reza Nurhilman, would also share their invaluable experience.

The Young Entrepreneurs Show was held today, 08.30-18.00. The problem was Gita Wiryawan and Sofyan Djalil could not attend it. Since the duo, in my opinion, was the main attraction of the event, I could not help but felt a little bit dissapointed. Nevertheless, the show must go on.

The first session was given by an entrepreneur from Jepara. Starting from a cleaning service job at California Fried Chicken in 1997, Mr Nurul Atik is now the owner of Rocket Chicken, a fried chicken serving fast food restaurant, that had gone from 1 branch to 152(!) branches in just 4 years span (2010-2014).

Mr Saptuari Sugiharto, one of my favorite entrepreneur, was the speaker of the second session. He, humble and highly motivated, gave us a great new insight on how to be a focused entrepreneur without forgetting about the God Almighty. He also shared his terrific experience about running many businesses with large revenues.

I was also impressed by the young successful man from Bandung, Mr Reza Nurhilman. Motivated by an economic condition, he made a spicy snacks start up that cause Maicih Fever circa 2010-2011. He is now the owner of many companies under Maicih Brand. Keys to be a successful entrepreneur according to him: we have to be more confident in ourselves, leave the comfort zone, and take the risks ahead us. He said that failures is a certainty in running a business, however we have to be more resillient to face it.

Becoming a successful entrepreneur is now my dream beside being a competent specialist doctor. I admit that it will not be easy at all since it will take more efforts, sweats, and tears. Nonetheless, the great entrepreneur was once a newbie, too.

Kampanye Pemilu 2014

Masa kampanye partai politik telah dimulai. Seluruh partai berlomba-lomba untuk merebut simpati masyarakat. Tidak ada satu partai pun yang melewatkan kesempatan untuk berkampanye ini, karena jumlah suara = jumlah kekuasaan di parlemen. Yang saya lihat, metode kampanyenya pun beragam, ada yang tradisional, atau boleh dibilang jadul lah seperti “Reng Reng Reng Greng Greng, Reng Reng Reng Greng Greng“, memasang baliho, spanduk, iklan di televisi, baik lokal maupun nasional, hingga sosialisasi janji-janji manis dalam orasi dan hiburan rakyat yang tidak pantas dilakukan. Selain itu, ada juga yang melakukan kampanye dengan cara yang lebih modern, seperti mengadakan diskusi, menyampaikan program kerja yang konkret, bahkan ada pula yang berkampanye di media sosial dengan tim sukses yang militan dan fanatik sampai menjelek-jelekkan kelompok lain.

Jumlah pemilih di Indonesia ini sangat besar, jumlahnya lebih dari 180 juta jiwa dengan estimasi pemilih pemula sebesar 52 juta jiwa. Inilah yang harus diperebutkan oleh para parpol peserta pemilu. Saya menilai kategori pemilih di Indonesia ini menjadi:

1. Kader Partai Politik -> Pasti memilih partai politik masing-masing dong, jumlahnya tidak begitu banyak

2. Simpatisan Partai -> Biasanya karena kesamaan ideologi, latar belakang, agama, dan kedekatan filosofis, contohnya; pemilih PKS, PDIP, PKB. Jumlahnya banyak

3. Pemilih Kritis -> Sangat antusias terhadap pemilu, sangat aktif dalam mencari informasi pemilu, partai politik, dan para caleg. Mereka ingin tahu tentang program-program kerja para partai politik, bukan hanya janji-janji manis belaka. Mereka ini juga paham terhadap track record partai politik peserta pemilu. Jumlahnya cukup banyak. Contohnya: sebagian mahasiswa dan kaum terpelajar

4. Pemilih skeptis -> sesuai dengan namanya, pemilih ini tidak begitu mudah percaya terhadap partai politik, dan rawan sekali menjadi golongan putih jika tidak ada partai yang bisa memuaskan ekspektasi dari pemilih ini. Pemilihan metode kampanye seperti konvoi motor greng greng, yang memacetkan jalan, melanggar peraturan sangat berperan terhadap keinginan kelompok ini untuk memilih partai politik. Jumlahnya cukup banyak. Contohnya: 49 juta warga indonesia di 2009.

Mungkin ada yang bisa menambahkan klasifikasi pemilih? hehe

Terus terang belum ada partai di Indonesia yang bisa meyakinkan saya untuk memilih partai tersebut. Banyak yang meneriakkan anti golput tanpa menunjukkan program kerja yang jelas. Anti golput itu seharusnya dengan cara yang baik, bukan dengan cara membully golput itu inilah, golput itu itulah. Percayalah, orang yang cenderung golput itu merupakan orang dengan ekspektasi tinggi terhadap pemimpin/wakil rakyat, justru kalau Partai/Caleg/Pemimpin itu bagus dan sesuai kriteria, orang yang cenderung golput akan memilih untuk tidak golput. Beberapa hari terakhir di Yogyakarta, kampanye kuning, merah, putih, biru cukup mengganggu kenyamanan, menjadikan jalanan menjadi macet, melanggar lalu lintas, dan membuat polusi suara. Bahkan kampanye si merah, sampai membuat kerusakan yang cukup mengganggu. Hal ini membuat saya menjadi tidak simpati. Saya liat justru kampanye motor PKPI cukup tertib dan tenang tanpa suara greng-greng, namun program-program partai ini tidak sampai ke telinga masyarakat awam.

Saya sendiri cukup netral di Pemilu 2014, kalau ada yang bagus ya milih, kalau ga ada ya sudahlah, tidak perlu dipaksakan hahaha. Sesuai dengan jargon pemilu lah, bebas dan rahasia.

Seri Teman Inspiratif (1)

Kali ini saya akan menulis -singkat saja- tentang teman yang menurut saya inspiratif, kriterianya ya cuma satu: bisa menginspirasi saya dalam hal apapun juga. Okey yang pertama saya akan menulis tentang Vega Pratiwi

Image.

Vega Pratiwi adalah seorang perempuan berkebangsaan Indonesia, lahir pada tanggal 4 Maret 1990. Dia ini menginspirasi saya dengan kegigihannya. Mimpinya sangat banyak dan kalau sudah mempunyai mimpi, usahanya akan sangat giat untuk mencapai tujuannya.

Vega dulunya merupakan adik kelas saya zaman SMP, tapi kami tidak saling mengenal. Dia menceritakan, dulu pada saat seleksi masuk SMP 5, *uhuk*, SMP paling favorit di Kota Yogyakarta, dia belajar mati-matian dan akhirnya bisa diterima. Katanya dulu peringkat masuknya termasuk yang akhir2, namun ketika lulus SMP, NEMnya termasuk yang tertinggi -tidak terlepas dari kegigihannya-.

Vega ini orangnya juga multi-talented, ketika SMA, dia adalah salah satu ketua osis di angkatan- seorang organisatoris, selain itu suaranya juga merdu, sering bernyanyi di acara-acara kampus dan menghibur teman-teman. Juga kalau belajar bareng, dia tidak segan-segan mengajari teman-teman yang belum paham. Oleh karena itu, temannya sangat banyak dan tersebar di seluruh penjuru Yogyakarta.

Image

Ketika kuliah, Vega sudah tidak bergantung pada orang tua untuk membayar biaya kuliahnya. Dia berhasil mendapatkan beasiswa Tanoto Foundation yang jumlahnya cukup besar, selain itu Indeks prestasinya termasuk yang tertinggi di angkatan, tidak lepas dari doa teman-teman yang sering diajari olehnya hehe.

Besok tanggal 5 April adalah saat pengambilan sumpah dokter bagi teman2 Batch 1 2014. Impian menjadi dokter akhirnya datang juga. Semoga beasiswa LPDP yang di-apply bisa tembus dan diterima kuliah s2 di Belanda Veg. Sukses selalu.

Pengalaman stase di Sardjito dan Jejaring yang recommended (2)

Fiuhhhh.. akhirnya nyempetin ngeblog lagi setelah sekian lama vakum akibat KKN. Sebetulnya KKN bukan penghalang sih, karena saya KKN hanya di Kota Yogyakarta hehehe. Pada cerita yang kemarin, terakhir sampai di stase anestesi ya. Lanjutannya adalah:

7. Stase Mata

Stase mata adalah salah satu stase yang saya tunggu-tunggu kehadirannya. Menurut desas-desus yang ada, stase ini merupakan stase yang santai banget dan suasana kerjanya menyenangkan. Pas zaman akan stase mata, saya cukup antusias melihat para dokter spesialis mata termasuk jajaran berpenghasilan terbesar (desas-desus juga sih) tapi kelihatannya benar juga hahaha, intinya, saya cukup tertarik untuk masuk spesialisasi ini.

Ketika pembagian Dosen Pembimbing Klinis, mba ning menaruh saya di bawah bimbingan Prof Wasisdi Gunawan bersama Dila. Saya sangat senang terus terang dibimbing oleh Prof, karena dulu skripsi juga dibimbing oleh beliau dan tentunya banyak Ilmu yang bisa dipetik hehehe, mana beliau murah nilai juga walaupun hampir setiap hari menunggu sampai sore untuk diskusi panjang lebar. Pokoknya ngefans deh sama prof hoho.

Stase Luar Kota Rekomendasi: Banyumas!!

Stase mata Banyumas adalah stase surga. Memang menyenangkan sih kalo stase di Banyumas hanya 1-2 minggu, setelah itu akan mati kebosanan. Ketika stase ini, saya berangkat bersama Chong dan Ganesha haha. Katanya si Chong sempat ga suka diberangkatkan ke Banyumas bersama saya dan gan, entah kenapa deh, tapi pulang2 dia malah kesenengen. Ya tiap hari kami jalan2 ke Purwokerto yang cuma berjarak setengah jam. Selain itu, kami juga jalan-jalan ke Pulau Nusakambangan bersama Dono dan Rizal. Such a great day lah ketika itu wkwkwk.

Image

menikmati seafood di Restoran -lupa namanya-

Image

mendoan di pinggir pantai

Image

berpose dengan Chong dan Dono

Intinya stase mata Banyumas merupakan stase liburan. Ilmu juga lumayan dapet lah dari dr Dian dan dr Yusuf

Balik ke Sardjito, dapet penguji Prof Wasisdi lagi, oh, sangat berjodoh dengan Prof nih hehe, alhamdulillah. Ujian juga lancar walaupun ga bisa balik palpebra hehehe.

 

8. Telinga Hidung Tenggorok

Setelah stase mata, terbitlah stase THT, another enjoyable station. Ketika stase ini, saya mendapatkan pembimbing dr Siswanto Sastrowijoto bersama dengan Dono. Alhamdulillah, beliau ini dosen yang suka membagi ilmu dan sangat praktikal karena pengalaman beliau yang sangat banyak. Stase ini juga ada jaganya lho, walaupun cuma pindah tidur sih. Pertemuan dengan dono cuma seminggu di sini. Lalu kami pun disebar ke berbagai penjuru Jawa Tengah.

Stase luar kota recommended: Purworejo. Walaupun jauhnya nanggung, stase purworejo ini adalah stase yang cukup menyenangkan. Di sini saya bersama Suan, Janani, dan Ganesha. Dr Tolkha adalah pembimbing kami di sini, beliau humoris dan suka mengobrol. Di samping itu, dr Tolkha ngasih nilainya baik banget lho.

Image

Gan tidur siang di Kos, karena pulangnya cukup jam 12.

2013-06-03 15.38.22 suasana pemandangan di depan kos Purworejo

2013-06-04 16.46.41 suasana pusat kebugaran di Purworejo

 

Pulang ke Sardjito, kami dihadapkan dengan seorang Chief yang strict, haha. Ketika minggu pertama, sehabis laporan siang, kami bisa pulang, sedangkan minggu ke 4 dengan Chief yang strict, kami tidak boleh pulang setelah laporan siang haha, tapi entah mengapa kami tetap pulang setelah laporan siang *bandel* dan meninggalkan pemimpin kita Dila kebingungan #peace

Oh iya, stase tht ini pengujinya adalah pembimbing. Jadinya sangat beruntung deh dapet penguji dr Sis. yeay!

1013031_10151296590489058_1451850019_n berkhirnya stase THT, foto tanpa Chong yang merupakan seorang fotografer.

 

9. Stase IKM

Dengan pembimbing dr Mubasyir, kami literally mendapatkan libur 2 minggu dan nilai A. Kami hanya disuruh membuat makalah singkat. Another holiday untuk menyambut stase Penyakit Dalam.

 

10. Penyakit Dalam

Banyak hal terjadi pada stase ini. Nano-nano, campur-campur, gado-gado. Stase Penyakit dalam katanya adalah stase ini dari pendidikan klinis. Namun saya merasa tidak maksimal karena hanya 3 pekan di luar kota. huhuhu entah mengapa dikurangi dari 6 pekan menjadi 3 pekan, belum lagi dipotong cuti bersama idul fitri ketika saya stase poli, total hanya 10 pekan di Stase ini. Pembimbing saya di Sardjito yaitu dr Anna, beliau orang yang sangat baik dan lemah lembut, sosok sangat keibuan :’). Banyak nasehat2 yang beliau berikan bagi kami.

Yang cukup memorable adalah ketika Jagum- Jaga umum. Saya, Mita, Andica, dan Dila merupakan teman senasib sepenanggungan-sepermainan juga haha. Kami *jaga* dan buka puasa (pas bulan puasa) pada waktunya

Camera 360 Jaga di Bang Singo Tio Ciu

Camera 360 kamar jaga obsgyn yang kami invasi setiap hari

Camera 360  jaga di Koki Joni

Luar Kota Rekomendasi: Klaten dan Banyumas, ada yang bilang Sleman.

Saya sendiri mendapatkan luar kota di Klaten selama 2 minggu. Di sini ada pembimbing yang lucu dan perhatian terhadap koas. Beliau adalah dr Hatman, kalau konsulen lain sangat serius, dr Bambang, dr Thabrani, dr Sapto, dr Tri. Setiap hari kami mengikuti visite dr Hatman. Di sini kami mendapatkan banyak ilmu yang kadang-kadang terlupakan namun sangat penting. Beliau juga sering meminjamkan buku-buku untuk kami baca.

Camera 360 berpose bersama dr Hatman Sp.PD

Pulang ke Sardjito, saya sempat mengalami hal yang membuat saya down, karena terlambat laporan pagi bersama 7 teman yang lain, kami terancam tidak bisa mengikuti ujian. Namun atas kebaikan adik kelas, akhirnya kami dimaafkan dan diperbolehkan mengikuti ujian. alhamdulillah.

Di akhir stase, ada 2 jenis ujian, yaitu osce dan ujian pasien. OSCEnya merupakan ujian mengerjakan soal pilihan ganda. Kelompok sebelum kami kelabakan karena soalnya diganti, untung ada yang mengingat2 soal ujian, ya walaupun tidak sama persis, kami bisa mengerjakan soal OSCE dengan lumayan lah. alhamdulillah.

Ujian Pasien sendiri merupakan ujian berhadapan langsung dengan pasien dan dosen. Saya bersama Ganesha mendapatkan penguji seorang Cardiolog handal, yaitu dr. Hariadi SpJP. Entah mengapa, saya sangat excited waktu diumumkan mendapatkan penguji beliau, ingin seperti beliau sih lebih tepatnya haha. Ternyata ujian kami berbentuk wawancara tanya jawab yang berlangsung hampir setengah hari. Fiuhh, banyak sekali yang ditanyakan dan kami tidak bisa menjawab banyak hal, karena ilmu beliau yang bagaikan bumi dan langit dengan kami hahaha. Kami tidak hanya ditanyai tentang Jantung lho, tapi juga hampir seluruh sistem. Saya dan Ganesha bagaikan dibantai habis-habisan. Beruntunglah kami khusnul khatimah. Alhamdulillah, belakangan, saya mendengar metode ujian dengan beliau sekarang berubah (langsung di hadapan pasien).

Camera 360 cardiolog wannabe

 

11. Ilmu Bedah

Stase Bedah merupakan stase yang cukup menyenangkan. Minggu pertama diisi dengan bimbingan koas, kami dilarang sakit maupun bolos pada minggu ini karena kalo mengganti kehadiran akan sangat sulit. Dokter-dokter bedah merupakan dokter yang sangat sibuk. Saya sendiri jarang sekali bertemu dengan pembimbing. Tapi tidak masalah, kompetensi koas bedah lebih banyak didapatkan di rumah sakit jejaring. Di Sardjito diharapkan kami membentuk pola pikir yang benar.

Stase luar kota rekomendasi: Sleman dan Klaten

Kebetulan saya mendapatkan di Sleman. dr Heri merupakan pembimbing yang mood dan emosinya paling stabil yang pernah saya temui. Mungkin dokter bedah harusnya memang begitu ya. Cool ketika dalam operasi, namun humoris ketika di luar operasi hahaha

Camera 360 saya dan remon kebosanan menunggu operasi

Camera 360 ganesha bersantai di ruang pemulihan

Ada suatu hari di mana dr Heri visite pagi (biasanya sore setelah operasi). Sementara saya dan remon datang agak siang (pertama kalinya datang siang, biasanya pagi datang utk visite pagi) karena fitnes dulu. Eh, sampai di Nurse station, dr Heri sudah menandatangani status, tanda bahwa telah selesai visite. Hahaha, saya sempat takut untuk masuk, namun dr Heri ternyata tidak marah dan tidak mengungkit2 keterlambatan, malah menanyakan tentang pertandingan futsal hari kemarinnya. Alhamdulillah

Balik ke Sardjito, saya mendapatkan penguji Prof Marijata dengan kasus hernia Inguinalis. Ditanya-tanya macem-macem tentang anatomi, alhamdulillah sehari sebelumnya saya sempat membaca KLM, jadi tidak terlalu terbantai. Ujian hanya berlangsung 10 menit dan Prof langsung mempersilakan untuk liburan. Hurray!

 

12. Kulit dan Kelamin

Stase kulit dan kelamin adalah stase terakhir masa pendidikan klinis. Saya sudah tidak terlalu semangat menjalaninya karena tidak terlalu senang belajar ilmunya entah mengapa. Ketika itu, saya mendapatkan pembimbing dr Retno yang terkenal sangat sibuk dan sulit untuk ditemui. Kami dijanjikan untuk bertemu pada minggu terakhir. Alhamdulillah.

Stase kulit ini juga ada jaganya lho, di akhir pekan minggu pertama. Isinya ya cuma santai di ruang koas

2013-12-29 15.57.20 suasana di ruang koas kulit

Stase luar kota Rekomendasi: Bantul dan Wates

Saya mendapatkan luar kota Bantul dan Wates. Dokternya sangat baik dan ramah, selain itu kalo ditanya juga dijawab dengan panjang lebar. Menyenangkan sekali menjalani koas kulit di Bantul dan Wates ini

Camera 360 di Poli Kulit RSUD Wates

Kembali ke Sardjito, setelah refkas dan minicex yang cukup mencengangkan, akhirnya kami bisa ikut ujian. Ujian kulit terdiri dari 4 soal slide. Alhamdulillah, kami langsung dinyatakan lulus pada hari itu juga.

13. Stase Radiologi

Stase ini merupakan stase yang nyempil-nyempil di antara stase besar. Namun terjadi perubahan ketika R12 ada di stase bedah. Kami mendapatkan seminggu di Radiologi. Di akhir minggu kami maju ujian slide, namun ternyata cuma 1 orang yang lulus. Kami bahkan remed sampai 3 kali 😥 saking susahnya. Entah lah, akhirnya kami bisa lulus juga dengan sebagian besar mendapatkan nilai A (keanehan lain).

1377140_10151971217141392_1668005748_n Foto setelah ujian yang pertama,- wajah2 tidak menyangka bakal remed sampai 3 kali- hahaha

 

Demikianlah pengalaman koas saya. Banyak suka dan duka, tapi harus disyukuri semua telah dapat dilalui dengan baik. Masih ada UKDI untuk bisa mendapatkan titel dokter secara resmi. Bismillah

walau halangan, rintangan membentang, tak kan jadi masalah, dan tak kan jadi beban pikiran – Kera Sakti